Pengertian Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan ialah masuk dan keluarnya udara sebagai fungsi menetralkan suhu dalam ruangan. Berikut adalah peranan dasar penghawaan pada bangunan: untuk menyanggupi patokan kesehatan ialah memasok kulaitas udara yang bagus ke dalam ruangan, dengan cara perputaran udara. Hal ini guna meraih keadaan sejuk dalam ruang sehingga tercapainya kenyamanan thermal.
Sistem Ventilasi dan Faktor Yang Mempengaruhi Ventilasi pada Bangunan |
Penghawaan Alami dengan Sistem Ventilasi
Penghawaan alami yaitu proses pertukaran udara di dalam bangunan melalui dukungan komponen-elemen bangunan yang terbuka. Sirkulasi udara yang baik di dalam bangunan dapat menunjukkan kenyamanan thermal bagi penghuninya. Aliran udara mampu mempercepat proses penguapan di permukaan kulit sehingga mampu menunjukkan kesegaran bagi penghuni bangunan. Pertukaran udara di dalam bangunan juga sangat penting bagi kesehatan.
Di dalam bangunan banyak terbentuk uap air dari berbagai macam acara seperti memasak, mandi, dan mencuci. Uap air ini condong mengendap di dalam ruangan. Aneka zat berbahaya juga banyak terkandung pada cat, karpet, atau furnitur, yang muncul balasan reaksi materi kimia yang terkandung di dalam benda-benda tersebut dengan uap air. Jika bangunan tidak mempunyai sirkulasi udara yang bagus, zat-zat kimia tersebut akan tertinggal di dalam ruangan dan mampu terhirup oleh insan.
Baca juga : Sistem Akustik Bangunan pada Home Teather dan Bioskop
Mengacu pada sistem ventilasi, maka upaya memasukkan udara memiliki teladan-contoh tertentu agar udara tersebut dapat melewati sebuah bangunan, faktor-faktor yang menentukan pola tersebut yaitu :
Di dalam bangunan banyak terbentuk uap air dari berbagai macam acara seperti memasak, mandi, dan mencuci. Uap air ini condong mengendap di dalam ruangan. Aneka zat berbahaya juga banyak terkandung pada cat, karpet, atau furnitur, yang muncul balasan reaksi materi kimia yang terkandung di dalam benda-benda tersebut dengan uap air. Jika bangunan tidak mempunyai sirkulasi udara yang bagus, zat-zat kimia tersebut akan tertinggal di dalam ruangan dan mampu terhirup oleh insan.
Baca juga : Sistem Akustik Bangunan pada Home Teather dan Bioskop
Mengacu pada sistem ventilasi, maka upaya memasukkan udara memiliki teladan-contoh tertentu agar udara tersebut dapat melewati sebuah bangunan, faktor-faktor yang menentukan pola tersebut yaitu :
A. Kondisi Lingkungan
Bangunan, tembok, atau vegetasi yang berbatasan dengan tapak akan menunjukkan pengaruh yang besar pada ajaran udara melalui suatu bangunan.
B. Arah Angin
Angin akan menghasilkan tekanan yang optimal dikala posisinya tegak lurus terhadap permukaan dan tekanannya akan menyusut sekitar 50% ketika angin tersebut berada pada sudut yang miring sekitar 45°. Namun, angin miring akan menjadi lebih baik alasannya dapat mengisi udara pada suatu ruang lebih banyak.
C. Lokasi Jendela
Ventilasi silang sungguh efektif alasannya adalah udara mengalir dari tekanan nyata yang berpengaruh ke area dengan tekanan negatif yang berpengaruh pada dinding di depannya.
Dalam metode cross ventilation ini diketahui dua macam kudapan, selaku berikut :
Dalam metode cross ventilation ini diketahui dua macam kudapan, selaku berikut :
1. Inlet
Merupakan tajil yang menghadap ke arah hadirnya angin sehingga berfungsi untuk memasukkan udara ke dalam ruangan.
2. Outlet
Merupakan takjil lain di dalam ruangan yang berfungsi untuk mengeluarkan udara.
Bukaan yang dimaksud di atas mampu berbentuklubang angin, kisi-kisi, jendela yang bisa dibuka, pintu yang senantiasa terbuka atau pintu tertutup yang bisa mengalirkan udara (contohnya pintu kasa atau pintu berjalusi).
Agar ruangan dapat teraliri udara secara optimal maka perletakan kudapan mesti disesuaikan dengan arah hadirnya angin. Perletakan/posisi takjil inlet dan outlet dalam tata cara cross ventilation dapat dibedakan menjadi dua jenis, selaku berikut.
Bukaan yang dimaksud di atas mampu berbentuklubang angin, kisi-kisi, jendela yang bisa dibuka, pintu yang senantiasa terbuka atau pintu tertutup yang bisa mengalirkan udara (contohnya pintu kasa atau pintu berjalusi).
Agar ruangan dapat teraliri udara secara optimal maka perletakan kudapan mesti disesuaikan dengan arah hadirnya angin. Perletakan/posisi takjil inlet dan outlet dalam tata cara cross ventilation dapat dibedakan menjadi dua jenis, selaku berikut.
1. Posisi diagonal (cross).
Bukaan inlet dan outlet diletakkan dengan posisi ini jika angin dating secara tegak lurus (perpendicular) ke arah bukaan inlet.
2. Posisi berhadapan langsung.
Bukaan inlet dan outlet diletakkan pada posisi ini mana kurun angin dating bersudut/tidak tegak lurus (obligue) ke arah kudapan inlet.
D. Sirip Dinding
Sirip dinding dapat memajukan ventilasi melalui jendela yang terpasang pada sisi sama sebuah bangunan dengan cara mengubah distribusi tekanannya. Namun, setiap jendela harus memiliki satu sirip saja. Lebih lanjut, sirip dinding tidak akan melakukan pekerjaan jika sirip tersebut ditempatkan pada segi yang serupa dari tiap jendela. Sirip dinding akan berfungsi dengan baik, jika arah angin cenderung miring dengan sudut 45°. Jendela dengan tipe swing dapat berfungsi selaku sirip dinding.
Baca juga : Peraturan SNI Pekerjaan Mekanikal Elektrikal (ME)
Baca juga : Peraturan SNI Pekerjaan Mekanikal Elektrikal (ME)
E. Tipe Jendela
Tipe dan rancangan jendela akan besar lengan berkuasa besar, baik tentang kuantitas maupun arah pemikiran udara. Jendela tipe gantung atau geser, tidak dapat membelokkan udara, mereka akan menahan paling tidak 50% pedoman udara. Sebaliknya jendela yang memakai engsel, mampu memasukkan seluruh aliran udara, dapat pula mengganti arusnya.
Untuk pembelokkan udara vertikal, gunakan jendela hopper, awning atau jalousie. Tipe-tipe tersebut juga menangkis air hujan, tetapi tetap mendapatkan masuknya udara. Akan namun jendela tipe tersebut, akan menangkis angin yang lewat diatas kepala penghuni, hal ini tidak diinginkan dalam ventilasi yang tenteram. Jendela tipe pivot baik diletakkan pada daerah dengan fatwa udara yang mempunyai kecepatan tinggi.
Untuk pembelokkan udara vertikal, gunakan jendela hopper, awning atau jalousie. Tipe-tipe tersebut juga menangkis air hujan, tetapi tetap mendapatkan masuknya udara. Akan namun jendela tipe tersebut, akan menangkis angin yang lewat diatas kepala penghuni, hal ini tidak diinginkan dalam ventilasi yang tenteram. Jendela tipe pivot baik diletakkan pada daerah dengan fatwa udara yang mempunyai kecepatan tinggi.
F. Ukuran dan Lokasi Saluran Masuk dan Saluran Keluar
Secara teknis besaran lubang inlet ( masuk ) mesti lebih besar dari pada outlet ( keluar ) alasannya adalah akan memaksimalkan kecepeatan arus udara ruang dalam.
Pada upaya desain berbasis lingkungan, rancangan bangunan tinggi turut pula menggunakan energi luar adalah angin dan matahari sebagai faktor kenaikan ketentraman, kesehatan, kenikmatan civitas. Ventilasi udara selaku kebutuhan untuk meraih sebuah kondisi ruang yang cocok untuk tuntutan fungsi, kalau pertukaran udara cukup baik maka pengkondisian udara tidak begitu dibutuhkan.
Sinar matahari selaku salah satu energi luar yang dapat dipakai sebagai sumber cahaya selain lampu, tetapi mesti dipertimbangkan supaya cahaya yang masuk tidak mengakibatkan kenaikkan suhu ruangan, sehingga mesti menimbang-nimbang kembali pengkondisian udara ataupun ventilasi mekanik. Pada metode penghawaan alami pada bangunan tinggi, memerlukan perlakuan khusus dikarenakan perbedaan tekanan udara, kecepatan angin, tingkat kesehatan udara yang masuk pada tiap-tiap level lantai bangunan dan jarak antar bangunan.
Baca juga : Perhitungan Zona Daylight pada Bangunan
Secara prinsip penghawaan alami mampu dicapai lewat teladan-pola yang telah diterangkan sebelumnya, seperti perletakkan tajil dengan tata cara cross ventilation ataupun yang yang lain, hal ini berfungsi dengan baik pada skala bangunan low rise, tetapi hal ini akan berganti situasional pada high rise.
Diperlukan metode tajil yang berlawanan. Udara dari alam sungguh diperlukan untuk mendukung kenyamanan penghuni di dalam bangunan. Udara tersebut selain untuk menstabilkan hawa di dalam ruangan, dapat pula di pakai dalam tata cara AC sentral yang menggunakan udara. Segala usulanpenghawaan pada high rise building juga mengacu pada faktor irit, kesehatan, dan berkesinambungan.
Tingkat kebutuhan ventilasi pada sebuah high rise building beraneka ragam bergantung pada ketinggian, kecepatan angin, dan suhu udara sekitar, harus dipertimbangkan sehingga tidak menjadikan problem kesehatan dan ketentraman bagi penghuni. Salah satu teknik yang telah dipakai bertahun-tahun yaitu ventilasi natural untuk mengontrol mutu udara dalam ruangan dan ketentraman thermal.
Tiga laba utama dari ventilasi natural ialah biaya efektif, berkelanjutan, memberikan keuntungan kesehatan. Menggunakan pendingan natural akan mengurangi kebutuhan AC, yang hendak meminimalisir penggunaan energi, operasi, dan ongkos pemeliharaan. Penggunaan ventilasi natural pada bangunan tinggi tidak dapat bangkit sendiri, beberapa rancangan bangunan, menggabungkan metode ini dengan sistem lainnya untuk meminimalkan pengaruh buruknya.
Pada upaya desain berbasis lingkungan, rancangan bangunan tinggi turut pula menggunakan energi luar adalah angin dan matahari sebagai faktor kenaikan ketentraman, kesehatan, kenikmatan civitas. Ventilasi udara selaku kebutuhan untuk meraih sebuah kondisi ruang yang cocok untuk tuntutan fungsi, kalau pertukaran udara cukup baik maka pengkondisian udara tidak begitu dibutuhkan.
Sinar matahari selaku salah satu energi luar yang dapat dipakai sebagai sumber cahaya selain lampu, tetapi mesti dipertimbangkan supaya cahaya yang masuk tidak mengakibatkan kenaikkan suhu ruangan, sehingga mesti menimbang-nimbang kembali pengkondisian udara ataupun ventilasi mekanik. Pada metode penghawaan alami pada bangunan tinggi, memerlukan perlakuan khusus dikarenakan perbedaan tekanan udara, kecepatan angin, tingkat kesehatan udara yang masuk pada tiap-tiap level lantai bangunan dan jarak antar bangunan.
Baca juga : Perhitungan Zona Daylight pada Bangunan
Secara prinsip penghawaan alami mampu dicapai lewat teladan-pola yang telah diterangkan sebelumnya, seperti perletakkan tajil dengan tata cara cross ventilation ataupun yang yang lain, hal ini berfungsi dengan baik pada skala bangunan low rise, tetapi hal ini akan berganti situasional pada high rise.
Diperlukan metode tajil yang berlawanan. Udara dari alam sungguh diperlukan untuk mendukung kenyamanan penghuni di dalam bangunan. Udara tersebut selain untuk menstabilkan hawa di dalam ruangan, dapat pula di pakai dalam tata cara AC sentral yang menggunakan udara. Segala usulanpenghawaan pada high rise building juga mengacu pada faktor irit, kesehatan, dan berkesinambungan.
Tingkat kebutuhan ventilasi pada sebuah high rise building beraneka ragam bergantung pada ketinggian, kecepatan angin, dan suhu udara sekitar, harus dipertimbangkan sehingga tidak menjadikan problem kesehatan dan ketentraman bagi penghuni. Salah satu teknik yang telah dipakai bertahun-tahun yaitu ventilasi natural untuk mengontrol mutu udara dalam ruangan dan ketentraman thermal.
Tiga laba utama dari ventilasi natural ialah biaya efektif, berkelanjutan, memberikan keuntungan kesehatan. Menggunakan pendingan natural akan mengurangi kebutuhan AC, yang hendak meminimalisir penggunaan energi, operasi, dan ongkos pemeliharaan. Penggunaan ventilasi natural pada bangunan tinggi tidak dapat bangkit sendiri, beberapa rancangan bangunan, menggabungkan metode ini dengan sistem lainnya untuk meminimalkan pengaruh buruknya.
EmoticonEmoticon