Tampilkan postingan dengan label arsitektur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label arsitektur. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Juni 2021

Jenis Jenis Pintu Yang Terkenal Di Indonesia

Bagaimana cara sahabat membuka pintu di rumah? Apakah dengan mengayun salah satu segi daunnya atau dengan cara menggeser atau dengan cara melipat daun pintunya?  Tentu saja semua pintu memiliki jenis yang berlawanan. Berikut arsitur akan membahas lebih rinci perihal jenis-jenis pintu yang populer di Indonesia.

Jenis-jenis pintu yang terkenal di Indonesia.

Pintu adalah bab dinding yang dapat dibuka untuk akses keluar masuk orang dan barang ke dalam dan keluar ruangan. Sebelum menetapkan untuk memasang pintu pada bangunan hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu tipe-tipe pintu dan beserta karakteristiknya masing-masing. Berdasarkan cara membukanya, ada berbagai jenis pintu yang terkenal di Indonesia antara lain :

1.    Pintu Sayap (Swing Door)


Pintu ini yakni tipe yang paling simpel dan banyak digunakan untuk hunian. Ada tipe tunggal dan ganda menyesuaikan dengan lebar kudapan. Bukaannya meraih sudut 90 derajat. Baiknya bagian yang terbuka diletakan menempel dinding agar menghemat ruang. Perangkat pada pintu ini meliputi kusen, daun pintu, engsel dan kunci.

Pintu swing atau disebut pintu ayun merupakan jenis pintu yang paling populer di Indonesia. Selain karena cara pemasangannya yang paling gampang, pintu swing ialah pintu yang paling abadi dan minim perawatan.

Pemasangannya juga yang termurah sebab komponennya sedikit dan bentuknya mudah. Bagian aksesoris dan hardware yang paling penting dari pintu ini ialah engsel. Selama pemasangan engsel sesuai dengan beban daun pintu maka engsel dapat bertahan hingga 10 tahun lebih tanpa perawatan.

Contoh pintu swing


Pintu swing dengan material dan aksesoris bermutu baik mampu bertahan usang meski dibuka tutup hingga ratusan kali setiap hari. Oleh alasannya adalah itu pintu swing sangat cocok untuk bangunan publik yang akan digunakan oleh banyak orang.

Dari tingkat privasi, pintu swing tergolong pintu yang dapat menutup secara tepat. Dengan coakan pada kusen membuat daun pintu masuk ke dalam kusen dan hanya menyisakan sedikit sekali celah. Pintu swing dapat menghalau debu, tetapi masih ada sedikit lubang di bab bawahnya dan umumnya akan dilapisi karet.

Kekurangan pintu swing yaitu dibutuhkan ruang yang cukup untuk membuka pintu yang ditunjukkan oleh garis lengkung pada gambar. Pintu swing juga dibagi lagi menjadi beberapa jenis mirip double swing untuk menciptakan bukaannya lebih lebar, Uneven, Opposing dan Revolving (lihat gambar di atas).


Baca Juga : Jenis Desain Pintu Utama Depan Rumah

2.    Pintu Geser/Sorong (Sliding Door)


Jenis pintu yang daunnya mampu digeser untuk membuka. Cara membukanya dengan didorong horisontal ke kiri/kanan atau ada juga vertikal ke segi atas, daun-daun pintu ini ditempatkan pada belakang rangka atau pada alat/rel, bagian jendela mampu dibuka sarat . Dibandng pintu sayap, pintu ini lebih hemat ruang tetapi perangkatnya lebih banyak.

Berbeda dengan pintu swing atau pintu ayun yang memerlukan ruang ke depan untuk membuka, maka pintu sliding memerlukan ruang ke samping untuk membuka sehingga pintu sliding atau pintu geser ini lebih cocok untuk dipakai pada ruangan yang memanjang dan sempit.

 Bagaimana cara sahabat membuka pintu di rumah Jenis jenis Pintu yang Populer Di Indonesia
Contoh pintu geser


Mekanisme geser padan pintu sliding ada berbagai macam, tetapi yang paling lazim adalah sistem gantung, dimana daun pintu digantung pada rel yang letaknya di atas. Roda rel ini lah yang bergerak sehingga pintu mampu dibuka tutup.

Pintu sliding lebih rentan rusak ketimbang pintu swing, kerusakan yang paling umum terjadi yaitu rodal penggantung yang macet. Roda penggantung membutuhkan perawatan dan pelumas. Disamping itu pintu sliding juga memberi lebih banyak celah untuk bubuk bisa masuk alasannya adalah ada jarak antara kusen/dinding dengan pintu.

3.    Pintu Lipat (Folding Door)


Jenis pintu ini dipakai untuk kudapan lebar mirip toko atau gudang. Cara membukanya dengan didorong dan melipat di kanan/kiri, daun-daun pintu diletakan/digantung pada alat/rel sehingga panel pintu yang relatif lebih kecil akan terlipat ke pinggir.

Contoh pintu folding
Pintu lipat atau folding door ialah jenis pintu yang paling cocok untuk menciptakan bukaan pintu paling lebar dengan ruang yang sedikit untuk membuka pintu sehingga lebih irit. Komponen pintu lipat adalah engsel, rel dan penggantung sehingga ialah adonan dari pintu swing dan pintu sliding.

Pintu lipat banyak digunakan untuk ruang keluarga, aula, ruang rapat dan ruang makan yang memerlukan takjil pintu yang besar serta tidak banyak memakan tempat. Bahan yang paling baik untuk menciptakan pintu folding yakni aluminium alasannya adalah ringan dan besar lengan berkuasa.

Baca Juga : Komponen & Hardware Pintu Swing

4.    Pintu Gulung (Rolling Door)


Merupakan jenis pintu yang paling hemat ruangan. Panel pintu lebih kecil lagi dan mampu digulung. Terdapat roll box di bab atas pintu. Pintu gulung ini umumnya yang dibuat dari aluminium yang kuat dan ringan. Mekanisme buka tutupnya dibantu dengan pegas sehingga bisa otomatis digulung ke atas.

Namun pintu ini tidak terlalu berpengaruh dibanding jenis pintu lainnya. Hal ini alasannya adalah daun pintunya yang sangat tipis dan cukup mudah untuk didobrak sehingga kurang cocok untuk pintu anti maling. Kekurangan yang lain ialah pintu ini gampang rusak pada mekanisme buka tutupnya sering macet jika tidak dirawat dengan baik.

Contoh pintu rolling door

Pintu gulung juga dianggap kurang berkelas dan lebih banyak dipasang cuma selaku epilog pada bangunan komersial seperti kios dan toko. Namun harganya relatif terjangkau dan sangat fungsional untuk kios dan toko yang memerlukan kudapan besar dengan ruangan yang kecil.

Nah demikian jenis pintu yang terkenal di Indonesia, kalau ada yang mendapatkan jenis baru harap ditambahkan di kolom komentar.

Sumber https://www.arsitur.com/

Kamis, 03 Juni 2021

Rumah Bale, Salah Satu Kekayaan Arsitektur Nusa Tenggara Barat

Desa Sade,  Lombok Tengah

Gambaran Singkat

Nusa Tenggara Barat Terbagi atas dua Bagian yakni Lombok dan Sumbawa. Sumbawa memiliki rumah adab bernama Dalam Loka Samawa dan Pulau Lombok memiliki rumah etika suku Sasak yang biasa disebut Bale. Kali ini akan dijelaskan tentang Rumah Bale sebagai Kekayaan Arsitektur di Nusa Tenggara Barat.

Bale adalah rumah adab dari suku Sasak yang berada di dusun Sade di desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Keunikan dari dusun Sade adalah keteguhannya dalam melestarikan rumah budbahasa ini. Suku sasak memiliki hukum-hukum untuk membangun rumah, ialah menentukan waktu membangun dan juga lokasi pembangunan alasannya adalah mereka mempercayai bila tidak mengikuti hukum akan menerima nasib jelek ketika menempati rumah. 

Tipologi Bangunan


Rumah etika suku Sasak di dusun Sade, Lombok Tengah berisikan banyak sekali macam Bale yang seluruhnya beratap jerami atau alang –alang dan memiliki fungsi tersendiri. Bale-bale itu diantaranya Bale Lumbung, Bale Tani, Bale Jajar, Berugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq Bencingah, Bale Tajuk, Bale Gunung Rate, Bale Balaq dan Bale Kodong.

1. Bale Lumbung

Bale Lumbung Lombok

Bale lumbung dijadikan sebagai ciri khas rumah budpekerti suku sasak dari pulau Lombok. Hal ini disebabkan bentuknya yang sungguh unik dan mempesona yaitu berupa rumah panggung dengan ujung atap yang runcing lalu melebar sedikit kemudian lurus ke bawah dan bagian bawahnya melebar kembali dengan jarak atap 1,5 - 2,0 meter dari tanah dan diameter 1,5 – 3,0 meter. Atap dan bubungannya dibentuk dari jerami atau alang – alang, dindingnya terbuat dari anyaman bambu (bedek), lantainya menggunakan papan kayu dan bale lumbung ini disangga oleh empat tiang yang yang dibuat dari tanah dan  kerikil selaku fondasi. Bagian atap dari bale lumbung merupakan suatu ruangan yang digunakan untuk meletakkan padi hasil dari beberapa kepala keluarga. Bentuknya berbentukrumah panggung dimaksudkan untuk menyingkir dari hasil panen rusak akhir banjir dan serangan tikus.

Baca Juga : Rumah Adat Mbaru Niang Wae Rebo Flores

2. Bale Tani


Bale Tani
Bale Tani memiliki lantai yang yang dibuat dari kombinasi antara tanah liat, kerikil bata, abu jerami, getah pohon dan kotoran sapi atau kerbau. Kombinasi antara tanah liat dan kotoran ternak dilaksanakan alasannya dapat membuat lantai tanah mengeras, selain itu mereka sudah biasa melapisi lantai dengan kotoran ternak untuk mempertahankan supaya lantai tidak retak, rumah menjadi lebih hangat dan pengusir nyamuk. Walaupun dilapisi oleh kotoran ternak tetapi rumah tidak menjadi amis sebab kotoran sudah dibakar dan dihaluskan apalagi dulu.

Ruangan pada Bale Tani terdiri atas Bale Luar atau disebut juga Sesangkok (serambi) yang digunakan selaku kawasan menerima tamu dan kamar tidur dan juga Bale Dalam yang terbagi lagi menjadi Dalem Bale (kamar) dan Pawon (dapur). Dalem Bale ini khusus dipakai oleh anggota keluarga perempuan, diantaranya tempat menaruh harta berharga, ruang tidur anak gadis, ruang persalinan, dan ruang menaruh mayat sebelum dikuburkan. Pada dapur terdapat dua tungku untuk memasak yang melekat pada lantai dan sempare ialah wadah untuk meletakkan bahan pangan dan perlengkapan dapur yang yang dibuat dari bambu.
dalem bale


Dalem Bale berada di atas Luar Bale sehingga untuk mencapai Dalem Bale terdapat tiga anak tangga. Tiga anak tangga ini mempunyai arti Wetu Telu ialah kepercayaan tiga waktu oleh suku sasak yang terdiri dari lahir, berkembang dan mati. Saat Islam mulai memasuki Pulau Lombok, suku sasak melakukan sholat sesuai adab Wetu Telu yakni sholat tiga waktu. Namun dikala ini warga Sade telah menunaikan sholat lima waktu atau Wetu Lima yang ditandai dengan pemanis dua tangga pada bagian paras Bale Luar di Bale Tani. Setelah melalui tangga teratas terdapat satu pintu masuk untuk memasuki ruang Bale Dalem, cara membuka pintu dengan cara digeser yang disebut Lawang Kuri .


3. Bale Jajar


Bale Jajar
Bale jajar merupakan tempat hunian suku sasak dengan ekonomi menegah ke atas. Bentuknya serupa dengan Bale Tani, perbedaannya terletak pada ruang Dalem Bale yang lebih banyak. Bale Jajar memiliki dua Dalem Bale dan satu serambi (sesangkok) dan ditandai dengan adanya sambi yaitu tempat penyimpanan materi kuliner dan kebutuhan rumah tangga. Pada bab depan Bale Jajar terdapat sekepat dan pada bab belakangnya terdapat sekenam yang hendak diterangkan lebih lanjut di bagian selanjutnya.

Baca Juga : Rumah Adat Matakali Maiwa - Sulawesi Selatan

4. Berugaq atau Sekepat


Berugaq Sekepat
Berugaq sekepat mempunyai bentuk seperti saung, ialah berbentukpanggung tanpa dinding, beratap alang – alang dan ditopang oleh empat tiang bambu membentuk sisi empat.  Lantai yang dibuat dari papan kayu atau bilah bambu yang dianyam dengan tali pintal (Peppit)  dan tingginya 40–50 cm dari tanah dan terletak di bab depan Bale Jajar.

Sekepat ini biasa dipakai untuk menerima tamu karena tradisi sasak tidak mendapatkan sembarang orang ke dalam rumah. Bila pemilik rumah mempunyai anak perempuan, sekepat mampu digunakan untuk mendapatkan pemuda yang tiba midang (melamar). Selain itu juga dipakai untuk berkumpul dan beristirahat setelah kerja di sawah.


5. Berugaq Sekenam


Berugaq Sekenam
Sekenam mempunyai bentuk yang sama dengan berugaq sekepat, perbedaannya terletak dari jumlah tiangnya adalah sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang rumah. Sekenam dipakai sebagai daerah aktivitas belajar mengajar tata krama, nilai-nilai budaya dan sebagai tempat konferensi internal keluarga.

6. Bale Bonder

Bale Bonder atau disebut juga Gedeng Pengukuhan memiliki design segi empat bujur kandang dan ditopang oleh tiang dengan jumlah minimum 9 tiang dan maksimum 18 tiang. Dindingnya yang dibuat dari anyaman bamboo dan bab dalamnya mirip ruang serbaguna. Atapnya tidak memakai nock/sun, tetapi ujung atapnya menggunakan penutup berupa kopyah berwarna hitam.
Bale Bonder lazimnya dihuni oleh pejabat desa atau dusun dan terletak di tengah pemukiman. Fungsinya yakni sebagai kawasan persidangan budbahasa, mirip kawasan diselesaikannya masalah pelanggaran aturan akhlak. Selain itu Bale Bonder dipakai sebagai tempat menaruh benda-benda bersejarah atau pusaka warisan keluarga.

Baca juga : Arsitektur Rumah Gadang : Rumah Adat Minangkabau

7. Bale Beleq Bencingah

Bale Beleq

Bale Beleq Bencingah biasa dipakai pada kurun kerajaan dulu. Fungsinya yakni selaku tempat acara-program penting kerajaan, diantaranya peresmian pejabat kerajaan, pengakuan putra mahkota kerajaan dan para Kiai penghulu kerajaan, tempat penyimpanan benda pusaka kerajaan, dan sebagainya. Bale ini juga dijadikan selaku daerah suci.

8. Bale Tajuk


Bale tajuk mempunyai bentuk sisi lima dan ditopang oleh lima tiang . Bale Tajuk adalah fasilitas pendukung bagi rumah yang memiliki keluarga besar. Tempat ini dipakai selaku kawasan pertemuan keluarga besar dan training macapat takepan, untuk memperbesar pengetahuan dan tata krama.

Baca juga : Sasadu, Rumah Adat Halmahera Barat

9. Bale Gunung Rate dan Bale Balaq


Bale Gunung Rate dan bale Balaq merupakan jenis residensial yang diresmikan pada tempat dengan keadaan geografis tertentu. Bale Gunung Rate diresmikan oleh warga yang berdomisili di lereng pegunungan sedangkan bale Balaq diresmikan berbentukrumah panggung untuk menyingkir dari peristiwa banjir.

10. Bale Kodong


Bale Kodong mempunyai ukurann yang sangat kecil dan rendah,  tingginya kira-kira seukuran orang sampaumur. Bale ini biasanya digunakan oleh para pengantin baru atau orang lanjut usia yang tinggal bareng cucu-cucunya.

Konsep Interior

Masyarakat lombok memiliki kebudayaan yang cukup unik, mereka mengembangkan arsitektur menurut fungsi. Salah satunya bisa dilihat pada interior Rumah Tradisional Bale ini. Elemen lantai menggunakan adonan tanah dengan kotoran kerbau yang membuat lantai tetap baka. Bagian dinding menggunakan anyaman yang di saat-waktu dapat diperbarui bila rusak.

Penataan interior untuk ukuran rumah tradisional sudah cukup baik. Hampir semua fungsi mampu dilaksanakan dari dalam bangunan. Tata letaknya telah fix dan tidak mampu diubah. Contohnya mampu dilihat pada gambar dapur ini.

Dapur
Demikian ihwal Rumah Bale Nusa Tenggara Barat Semoga Bermanfaat.


Referensi :

Sumber https://www.arsitur.com/

Rabu, 02 Juni 2021

Pemahaman Tali Air, Letak Dan Fungsinya Pada Bangunan

  yang memisahkan bagian finishing tertentu Pengertian Tali Air, Letak dan Fungsinya pada Bangunan
Tali Air pada Bangunan - img by pinterest


Tali air ialah gap (jarak)  yang memisahkan bab finishing tertentu. Sering kali kita menjumpai rincian pekerjaan-pekerjaan yang kecil dan tampaksepele. Namun ternyata pekerjaan itu memiliki peranan penting dalam sebuah bangunan. Detail kecil salah satunya ialah tali air yang ternyata memiliki peranan yang cukup berpengaruh. Lalu apa itu tali air ? Berikut Pembahasannya.

Tali air ialah saluran kecil berskala sekitar 1x1 cm hingga 2x1 cm yang berada pada dinding. Perletakan tali air yang umum yaitu pada bagian dinding yang memiliki batas dengan plin lantai, perbatasan dinding dengan kusen atau perbatasan dinding dengan plafon.
  yang memisahkan bagian finishing tertentu Pengertian Tali Air, Letak dan Fungsinya pada Bangunan
Tali Air pada Lantai - img by pinterest


Fungsi tali air pada dinding yang berbatasan dengan plin lantai yakni selaku pembatas cipratan maupun rembesan pada plin dengan dinding sehingga dinding tidak gampang lembab. Tali air ini disebut juga dengan skirting. Selain itu juga selaku gap yang memisahkan finishing plin dan dinding. Dengan menggunakan tali air maka perbatasan ini akan menjadi lebih rapih.
Tali air terletak diantara dinding dengan kusen pintu mengelilingi kusen pintu. Pembuatannya bisa sesudah atau sebelum kusen dipasang pada bukaan saat pekerjaan plesteran dan acian.

  yang memisahkan bagian finishing tertentu Pengertian Tali Air, Letak dan Fungsinya pada Bangunan
Tali Air pada Kusen - img by pinterest


Fungsi tali air pada kusen pintu adalah mengalirkan air rembesan atau air tetesan lewat tali air sehingga air tidak masuk ke dalam kusen yang menyebabkan kerusakan kusen kayu. Selain itu, fungsi tali air juga untuk menampilkan garis yang rapi dan tegas pada pintu.
  yang memisahkan bagian finishing tertentu Pengertian Tali Air, Letak dan Fungsinya pada Bangunan
Tali air pada plafon - img by pinterest


Sementara untuk perbatasan plafon dan dinding, tali air berfungsi sebagai alat untuk membentuk garis tegas dan rapih apabila tidak menggunakanlis kayu atau gypsump pada plafond.

Metode pembuatan tali air mampu menggunakan murni plesteran dan acian atau dengan profil U berskala 1x2 cm atau 1x1 cm yang ditanam diatas plint.  Pekerjaan tali air dilarang dijalankan oleh tukang asal pilih alasannya adalah tidak mengecewakan susah untuk menciptakan tali air yang rapih.

Ada beberapa postingan lain yang aku buat untuk membicarakan perihal tali air untuk memperjelas apa itu tali air dan menjabarkan apa yang dimaksud dengan tali air. Berikut ini daftar artikelnya :

Baca Juga : Cara Membuat Tali Air

Baca Juga : Akibat Jika Bangunan Tidak Menggunakan Tali Air

Demikian perihal tali air semoga berguna dan memperbesar pengetahuan bagi pembaca. Jangan lupa untuk like fanspage dan follow sosial media kami. Terima kasih sudah berkunjung.


Sumber https://www.arsitur.com/

Senin, 31 Mei 2021

Ukuran Patokan Pintu Dan Jendela Rumah Tinggal Lengkap

Menghitung Ukuran Pintu dan Jendela


Pintu dan Jendela ialah bagian penting dalam bangunan sebagai terusan keluar masuk orang, barang dan udara. Sehingga dalam Hal ini penting untuk mengenali berapa ukuran pintu dan jendela yang bagus untuk rumah tinggal. Berikut Adalah ulasannya.

Ukuran Standar Pintu


Ukuran Pintu

Ukuran kriteria pintu setiap ruangan tidak mampu disamakan. Namun mampu kita bedakan menurut tata letak dan fungsinya. Berikut adalah ukuran persyaratan pintu yang sering digunakan di lapangan. Ukuran yang tersaji yakni ukuran lubang, tidak termasuk kusen.

1. Pintu Utama 


Merupakan pintu masuk utama atau pintu awal untuk kita masuk kedalam rumah. Ukuran kriteria untuk pintu ini (lebar x tinggi) yakni 90cm x 210cm. Jika rumah memiliki ukuran yang lebih sempit, ukuran pintu utama bisa dikurangi menjadi 85 cm x 210 cm dan yang terkecil adalah 80 cm x 210 cm. 

Ukuran lebar daun pintu utama sebaiknya dilarang kurang dari 80 cm sebab akan terasa sempit dan susah bergerak. Jika mengharapkan ruang masuk yang lebih luas, semestinya memakai jenid pintu double swing (pintu buka ganda) atau double sliding (pintu geser ganda).
 
 Pintu dan Jendela merupakan bagian penting dalam bangunan sebagai akses keluar masuk oran Ukuran Standar Pintu Dan Jendela Rumah Tinggal Lengkap
Contoh desain pintu utama double sliding

 
Ukuran persyaratan pintu dobel adalah 120 cm x 210 cm dengan pembagian daun pintu menjadi dua, masing-masing mempunyai lebar 60 cm. Pintu dobel ini sangat baik diletakkan di tengah-tengah ruangan sehingga kita akan mendapatkan aksen simetris pada pintu masuk.

Fungsi dari pintu utama yakni kawasan masuknya orang dan barang-barang. Juga daerah kita memasukkan barang dengan ukuran besar dan kawasan keluar masuk seluruh penghuni rumah. Untuk fungsi ini dibutuhkan ukuran pintu ini lebih besar dari ukuran pintu lainnya.

2. Pintu Kamar


Pintu ini ialah sub entrance. mempunyai ukuran lebih kecil dari ukuran pintu utama dengan lebar x tinggi = 80cm x 190cm. Pintu kamar sebaiknya mempunyai lebar tidak kurang dari 75 cm supaya lebih mudah untuk bergerak.
 
 Pintu dan Jendela merupakan bagian penting dalam bangunan sebagai akses keluar masuk oran Ukuran Standar Pintu Dan Jendela Rumah Tinggal Lengkap
Contoh rancangan pintu kamar

Fungsi dari pintu kamar hanya untuk masuk penghuni kamar tersebut dan ukuran barang yang dimasukkan kedalam kamar relatif lebih kecil ukurannya. Namun lebar pintu kamar harus cukup untuk memasukkan barang-barang utama mirip kasur, lemari, meja dll.

3. Pintu Area Servis

Pintu ini mampu dipakai untuk toilet atau gudang. Pintu ini memiliki ukuran lebar yang lebih kecil dari ukuran pintu yang lain ialah 70cm x 180cm.
 

 Pintu dan Jendela merupakan bagian penting dalam bangunan sebagai akses keluar masuk oran Ukuran Standar Pintu Dan Jendela Rumah Tinggal Lengkap
Contoh rancangan pintu kamar mandi

Fungsi pintu ini di sesuaikan dengan ukuran ruang servis seperti toilet yang patokan nya yakni 150cm x 200cm. Tidak memiliki fungsi mirip pintu-pintu lain yang di gunakan untuk memasukkan barang-barang dengan ukuran besar dan sirkulasi yang padat.

Bahkan untuk pintu gudang kecil (gang) pintunya dapat diperkecil sampai ukuran 60cm x 210cm. Itupun jikalau tidak ada orang yang masuk ke dalam ruangan tersebut.

Ukuran Standar Jendela


Ukuran Jendela



Jendela juga memiliki variasi ukuran yang disesuaikan dengan fungsi dan tata letaknya dalam ruangan. Berikut yaitu uraian tentang ukuran lubang jendela pada rumah tinggal.

1. Jendela utama


Jendela ini lazimterletak didepan atau lebih tepatnya berhadapan langsung dengan ruang tamu atau pun ruang utama keluarga. Jendela ini memiliki ukuran minimal 80cm x 120cm dengan berulang kali pengulangan (1-3 kali).
 

 Pintu dan Jendela merupakan bagian penting dalam bangunan sebagai akses keluar masuk oran Ukuran Standar Pintu Dan Jendela Rumah Tinggal Lengkap
Contoh jendela utama pada ruang keluarga

Ruang tamu atau Ruang Keluarga lazimnya memiliki ukuran yang luas dan aktivitas yang padat sehingga membutuhkan jendela dengan tajil yang luas untuk pencahayaan ruangan dalam rumah dan sumber pertukaran udara.

Perlu dicatat bahwa ukuran jendela utama bisa dibuat seluas mungkin bahkan seukuran dinding, namun riskan pada penyinaran yang berlebih di siang hari, sehingga perlu ditutupi gorden.


2. Jendela Kamar


Jendela ini mempunyai ukuran relatif lebih kecil dari jendela utama dikarenakan fungsi jendela untuk melayani kamar tidur dengan situasi yang lebih privat dan ukuran yang relatif lebih sempit. Jendela ini mempunyai ukuran 60cm x 80cm, bisa dengan beberapa kali pengulangan (1-2 kali).

Sebaiknya letak jendela kamar tidak mengarah pribadi pada bagian vital ruangan sehingga tidak mengusik privasi penghuni. Tidak baik juga meletakan jendela tepat di atas kepala ranjang/daerah tidur.

Baca Juga :

Sumber https://www.arsitur.com/

Sabtu, 29 Mei 2021

Cara Menentukan Tinggi Plafon Ideal

Tinggi plafon dalam suatu rumah atau bangunan yang lain sejatinya tidak ada patokan yang niscaya. Perancang ataupun pelaksana pembangunan bebas menentukan Berapa tinggi yang diinginkannya sehingga yang sering menuntut ketinggian plafon yakni dari pengguna bangunan itu sendiri.
 

Pengertian Plafon

Plafon yakni salah satu unsur penting dalam sebuah rumah.  Secara  arsitektural plafon merupakan batas batas atas suatu ruang. Fungsi plafon berbeda dengan atap alasannya adalah plafon tidak melindungi ruangan dari panas ataupun hujan tetapi lebih terhadap estetika untuk menutupi struktur atap sehingga  ruangan tampaklebih rapi dan higienis.
 
Solusi memilih tinggi plafon

Secara prinsip ada dua jenis plafon pada bangunan adalah plafon terbuka dan tertutup.  Plafon terbuka disebut juga  expose  ceiling karena pribadi memakai struktur atap selaku plafon.  Cara ini juga bisa dianggap tidak memakai plafon sama sekali. Sementara plafon tertutup adalahplafon yang menggunakan bahan tertentu untuk menyembunyikan sebagian atau seluruh struktur atap sehingga tidak tampakdari ruang di bawahnya.

Menentukan Tinggi Plafon

Walaupun dapat menentukan sendiri tetapi tinggi plafon tidak bisa dibentuk asal-asalan sebab akan mempunyai pengaruh pada estetika ruang dan ketentraman ruang itu sendiri. Sebelum menentukan tinggi plafon ada baiknya kita mengamati hal-hal selaku berikut adalah:  iklim, fungsi ruang, proporsi  ruang atau estetika ruang,  sirkulasi udara dan pencahayaan serta biaya proyek yang ditentukan.  Berikut penjelasannya.

1. Tinggi plafon ideal sesuai kondisi iklim

Desain plafon sesuai kondisi iklim
 
Mengapa iklim berpengaruh kepada tinggi plafon ? Hal ini alasannya perbedaan iklim di sebuah daerah menyebabkan perbedaan suhu yang cukup signifikan.  Manusia memerlukan suhu yang ideal untuk tinggal sebab itu diperlukan cara-cara supaya ruangan yang ditempati sesuai dengan kebutuhan. Bahkan yang lebih rendah dapat menciptakan Ruangan menjadi lebih hangat  sementara bapak yang tinggi mampu membuat ruangan terasa lebih  sejuk.

Di daerah yang mempunyai iklim hambar cenderung menggunakan plafon yang rendah.  Sebut saja di Jepang atau Eropa yang memakai tinggi plafon untuk ruang tidur sekitar 2,4 hingga 2,5 meter.  Hal ini mampu menekan penggunaan pemanas ruangan dikala animo cuek atau musim salju.

Sementara di Indonesia yang mempunyai iklim tropis dengan suhu siang hari yang lumayan panas memerlukan sirkulasi udara yang lebih baik sehingga lazimnya plafon dibuat lebih tinggi khususnya di tempat pesisir pantai.  Tinggi plafon yang dipakai pada  daerah ini berkisar antara 2,8 sampai 3,5 meter.   Walaupun suhunya lebih panas tetapi bukan bermakna menciptakan tinggi plafon sungguh tinggi karena akan berpengaruh juga bila menggunakan pendingin ruangan.

2. Tinggi plafon ideal sesuai fungsi ruang

Tinggi plafon ideal untuk fungsi ruang aula dan gedung pertunjukan

 
Selanjutnya fungsi ruangan juga menentukan tinggi plafon dalam ruangan itu.  Ruangan yang digunakan untuk kegiatan publik ataupun semi  publik umumnya memakai plafon yang lebih tinggi.  Sebut saja ruang keluarga di rumah yang memiliki tinggi lebih dari 3 meter atau aula di sekolah atau kampus yang memiliki tinggi plafon sampai 5 meter.

Sementara untuk ruang yang lebih  intim atau private lazimnya menggunakan tinggi plafon yang lebih rendah.  Misalnya kamar mandi yang rata-rata mempunyai tinggi plafon 2,4 meter.

Baca juga :  Cara Menghitung Biaya Mengecat Tembok


Rekomendasi tinggi plafon untuk ruang tertentu

Gambar di atas merupakan gambaran tinggi plafon untuk berbagai jenis ruang. Untuk ruang privat tinggi plafon bisa dibentuk lebih rendah, untuk ruang yang lebih publik maka tinggi plafon idealnya harus lebih tinggi supaya ruang lebih luas.


 3. Tinggi plafon ideal sesuai dengan proporsi dan estetika

Plafon naik/turun untuk estetika
 
Jika berbicara dalam konteks rancangan maka proporsi dan estetika ini sangatlah penting. Ruangan yang indah ialah ruangan yang proporsional dalam hal panjang, lebar maupun tinggi. Standar rumus untuk tinggi plafon berlaku selaku berikut :

Tinggi plafon = 1/2 x (panjang ruangan+lebar ruangan).

Misalnya ruangan dengan ukuran 4 x 5 meter  akan terlihat lebih proporsional jikalau tinggi plafonnya (5+4)/2 = 4,5 meter.

Selain itu tinggi plafon  juga mampu dimainkan untuk keperluan estetika mirip pada gambardi atas. Terdapat permainan drop ceiling yang menciptakan plafon seolah mempunyai tingkat ketinggian yang berbeda yang digunakan untuk konsentrasi/focal point.

4. Tinggi plafon ideal untuk pencahayaan ruang

Plafon dengan skylight untuk pencahayaan
 
 
Berapa tinggi plafon juga mensugesti pencahayaan  pada ruangan.  Ruangan dengan plafon yang tinggi memerlukan pencahayaan yang lebih banyak sementara ruangan dengan plafon yang lebih rendah memiliki kebutuhan pencahayaan yang relatif lebih kecil.

Baca juga : 10+ Ide Desain Plafon Untuk Ruang Tamu

Ini akan sungguh berpengaruh terhadap pemilihan jenis lampu dan peletakkan titik lampu dalam suatu ruangan.  Plafon yang lebih tinggi mampu memakai pencahayaan yang lebih variatif.
 

5. Tinggi plafon ideal dipengaruhi struktur bangunan

Pengaruh struktur kepada tinggi ideal plafon
 
Untuk rumah atau bangunan dengan lantai bertingkat akan ada perbedaan cara menentukan tinggi plafon yang ideal. Rumah bertingkat akan memerlukan struktur berupa balok dan plat lantai yang mampu menghalangi tinggi plafon. Sementara lantai tingkat tidak mampu dibentuk terlalu tinggi karena akan besar lengan berkuasa pada jumlah anak tangga dan biaya.

Plafon di lantai atas mampu dibentuk dengan ketinggian ideal sementara di lantai bawah tidak mampu karena terbatas. Umumnya plafon hanya bisa dibuat setinggi plat lantai dengan memunculkan balok yang mungkin mengusik. Sebaiknya jarak antar lantai sekurang-kurangnya3,2 meter untuk mampu mendapat pafon dengan ketinggian 2,75 meter yang telah ideal.

5. Tinggi plafon ideal dipengaruhi biaya

Semakin tinggi dan banyak kombinasi pada plafon semakin tinggi ongkosnya
 
 
Selanjutnya hal yang mempengaruhi perhitungan dalam memilih tinggi plafon ideal adalah ongkos.  Semakin tinggi plafon sebuah rumah atau bangunan yang lain pastinya memiliki dinding yang lebih tinggi sehingga membutuhkan biaya lebih.

Hal ini mungkin tidak akan terasa untuk suatu rumah tinggal dengan ruangan yang sedikit.  Namun hal ini akan menjadi sesuatu yang sangat bermakna untuk bangunan bersusun dengan jumlah uang yang sungguh banyak.  Misalnya Hotel, rumah susun, maupun Komplek Perkantoran.  Ini juga menjadi salah satu argumentasi kenapa dalam daerah-kawasan tersebut plafonnya pendek-pendek sekitar 2,5 sampai 2,8 meter.

Biaya tinggi plafon dalam sebuah bangunan setidaknya kita mampu lebih bijak dalam memilih tinggi plafon yang akan dibangun. 
 
Demikianlah perihal cara memilih tinggi plafon ideal berdasarkan beberapa aspek yang bisa mempengaruhi berapa ukuran plafon ideal untuk rumah dan bangunan lainnya.



Sumber https://www.arsitur.com/

Jumat, 28 Mei 2021

Pengertian Green Architecture, Prinsip Dan Misalnya

Pengertian Arsitektur hijau

Arsitektur hijau atau yang diketahui secara global dengan istilah green architecture ialah salah satu pemikiran arsitektur yang berfokus pada arsitektur yang ramah lingkungan.   Beberapa poin pentingnya seperti meminimalisasi konsumsi sumber daya alam, efisiensi energi, penggunaan air yang bijak dan berkelanjutan, dan material non polusi serta daur ulang.

Konsep Arsitektur HIjau


Arsitektur hijau juga ialah sebuah pendekatan perencanaan pembangunan yang bertujuan untuk meminimalisasi kerusakan alam dan lingkungan di kawasan bangunan itu berdiri.

Dalam ungkapan arsitektur hijau lalu meningkat banyak sekali istilah penting seperti pembangunan yang berkelanjutan atau yang dikenal dengan sustainable development.  Istilah ini dipopulerkan pada tahun 1987 selaku pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan orang-orang kurun kini tanpa harus mengorbankan sumber daya alam yang mesti diwariskan terhadap generasi mendatang. Hal ini diucapkan oleh Perdana Menteri Norwegia Bruntland.

Prinsip Arsitektur Hijau


Pada tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building Council  mengeluarkan sebuah standar yang berjulukan Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) standards.  Adapun Dasar kualifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan yang berkesinambungan 

Diusahakan memakai kembali bangunan yang ada dan dengan pelestarian lingkungan sekitar.  Tersedianya daerah penampungan tanah, Taman diatas atap, penanaman pohon sekitar bangunan juga direkomendasikan

2. Pelestarian air 

Dilakukan dengan berbagai cara tergolong diantaranya pembersihan dan daur ulang air bekas serta pemasangan bangunan penampung air hujan.  Selain itu penggunaan dan persediaan air mesti juga di pantai secara berkelanjutan

3. Peningkatan efisiensi energi

Dapat dilakukan dengan aneka macam cara contohnya  membuat layout dengan orientasi bangunan yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ekspresi dominan terutama posisi matahari.

4. Bahan bangunan terbarukan

Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah usahakan menggunakan bahan daur ulang atau bisa juga dengan menggunakan bahan terbarukan sehingga memerlukan sedikit energi untuk dibuat . Bahan bangunan ini idealnya adalah bahan bangunan setempat dan bebas dari bahan kimia berbahaya.  Sifat materi bangunan yang baik dalam arsitektur hijau yakni bahan mentah tanpa polusi yang dapat bertahan usang dan juga mampu didaur ulang kembali.

Baca juga :  Langgam Arsitektur Organik dan Contohnya

5. Kualitas lingkungan dan ruangan

Dalam ruangan diperhatikan hal-hal yang menghipnotis bagaimana pengguna merasa dalam sebuah ruangan itu. Hal ini seperti penilaian kepada kenyamanan dalam suatu ruang yang meliputi ventilasi, pengendalian suhu, dan penggunaan materi yang tidak mengeluarkan gas beracun.

Sementara Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future mengungkapkan bahwa Arsitektur Hijau mempunyai persyaratan selaku berikut :

1. Conserving Energy (Hemat Energi)


Sungguh sungguh ideal jika menjalankan secara operasional sebuah bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau memerlukan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali.

Solusi yang mampu mengatasinya ialah rancangan bangunan mesti mampu memodifikasi iklim dan dibentuk beradaptasi dengan lingkungan bukan mengganti lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan peluangmatahari selaku sumber energi. Cara mendesain bangunan supaya hemat energi, antara lain:
  • Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk mengoptimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
  • Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal selaku sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang optimal.
  • Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kendali penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu cuma memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terperinci tertentu.
  • Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis mampu menertibkan intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
  • Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bermaksud untuk meningkatkan intensitas cahaya.
  • Bangunan tidak menggunkan pemanas bikinan, semua penghangat dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk lewat lubang ventilasi.
  • Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

2. Working with Climate (Memanfaatkan keadaan dan sumber energi alami)


Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
  • Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
  • Menggunakan tata cara air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang higienis dan sejuk ke dalam ruangan.
  • Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan menciptakan kolam air di sekeliling bangunan.
  • Menggunakan jendela dan atap yang sebagian mampu dibuka dan ditutup untuk menerima cahaya dan penghawaan yang cocok keperluan.

3. Respect for Site (Menanggapi kondisi tapak pada bangunan)

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak menghancurkan lingkungan sekitar, dengan cara selaku berikut.
  • Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat rancangan yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
  • Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, ialah usulanmerancang bangunan secara vertikal.
  • Menggunakan material setempat dan material yang tidak menghancurkan lingkungan.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)


Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus mengamati kondisi pemakai yang diresmikan di dalam penyusunan rencana dan pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)


Suatu bangunan semestinya dirancang memaksimalkan material yang ada dengan menghemat penggunaan material gres, dimana pada final umur bangunan dapat dipakai kembali unutk membentuk tatanan arsitektur yang lain.

6. Holistic


Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak mampu dipisahkan, sebab saling bekerjasama satu sama lain.

Tentu secara parsial akan lebih gampang menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh alasannya adalah itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai peluangyang ada di dalam site.

Sumber Energi Alternatif

Bayar bangunan yang memakai sumber energi regional seperti jaringan listrik PLN.  Namun Alangkah baiknya bila sebuah bangunan mampu memenuhi kebutuhan energinya sendiri tanpa mesti bergantung kepada sumber energi regional tersebut.
 
Salah satu caranya adalah dengan memakai sumber energi alternatif mirip contohnya angin dan tenaga surya.  Kedua energi ini ialah sumber energi yang sejatinya sungguh melimpah di alam dan cukup gampang dikonversi menjadi energi.

Arsitektur hijau di rumah

Penerapan arsitektur hijau yang paling mungkin dan gampang yaitu pada bangunan residensial seperti rumah.  Cara yang sederhana yaitu pada rancangan yang mampu menggabungkan ruang luar dan ruang dalam. 

Misalnya ruang keluarga atau ruang makan yang dihubungkan dengan taman belakang.  Selain mampu mengembangkan estetika hal ini juga mampu menambah efisiensi energi serta meminimalkan kesan bangunan yang bosan.

Contoh Rumah dengan Arsitektur Hijau


Arsitektur hijau menekankan bahwa dekorasi dan perabotan di dalam suatu rumah tidak perlu berlebihan.  Hal ini juga dimaksudkan hal ini juga dimaksudkan untuk meminimalisir penggunaan bahan-bahan furniture yang tidak dibutuhkan. Saniter yang lebih baik, Dapur yang higienis, desain ekonomis energi, pengolahan air yang benar,  luas dan jumlah ruang yang tepat keperluan,  serta ketersediaan ruang hijau.

Baca juga :  Pengertian Arsitektur Vernakular Ciri-ciri dan Contohnya

Contoh Arsitektur Hijau


Hingga ketika ini sudah banyak bangunan yang memakai prinsip arsitektur hijau khususnya di negara-negara maju. Kali ini kita mengambil teladan sebuah universitas di Singapura.

Nanyang Technological University Singapura


Berkat adanya pertolongan dari pemerintah, bangunan-bangunan yang bergaya arsitektur hijau di Singapura bisa kian bertambah,  salah satunya yang cukup menarik adalah Nanyang technological University yang ada di  sentra kota Singapura. 

Nanyang Technological University Singapura


Bangunan ini menggunakan Fasad beling yang mampu mengurangi pengaruh jelek radiasi dan panas matahari sehingga suhu ruangan tersadar namun tidak menghemat natural view dan pencahayaan yang efektif pada bangunan.

Site Plan

Bangunan ini juga terkenal alasannya adanya Green roof yang melengkung di atas bangunan yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau.  Ruang ini difungsikan selaku tempat berkumpul yang indah di tengah suasana kota yang padat. 


Adaptasi dengan lingkungan sekitar


Tidak hanya itu, atap ini juga berfungsi sebagai insulasi termal dan penangkap air hujan yang kemudian digunakan untuk irigasi di area lankap bangunan. Secara rancangan rumput yang ditanam pada atap juga menjadi bentuk penyesuaian teladan yang menyatu dengan lingkungan sekitar.

Perspektif

Demikian perihal arsitektur hijau, kita  berharap pedoman desain seperti ini lebih banyak berkembang sehingga meminimalkan polusi Metropolitan serta menyelamatkan alam dari kerusakan.

Sumber https://www.arsitur.com/

Senin, 24 Mei 2021

Definisi High Rise Building, Karakteristik Dan Contohnya

Definisi High Rise Building


High rise building atau bangunan tinggi ialah perumpamaan yang sering digunakan merujuk kepada bangunan yang mempunyai struktur menjulang tinggi atau bangunan dengan jumlah tingkat yang banyak.

Sejatinya penambahan ketinggian sebuah bangunan dijalankan untuk memperluas ruang fungsi dari bangunan tersebut. Beberapa tipologi bangunan tinggi diantaranya adalah bangunan apartemen dan perkantoran. Hal ini alasannya dengan penambahan jumlah lantai maka akan meminimalisir luas bijak bangunan tersebut sehingga lebih sedikit menyantap lahan.

Bangunan tinggi akan ideal ditinggali jika ada lift atau elevator dan tentunya didukung oleh struktur bangunan yang besar lengan berkuasa dan tahan lama.Tanpa adanya live otomatis ini maka akan sangat melelahkan bagi penghuni untuk naik ke lantai yang paling tinggi.

Sebuah bangunan dapat disebut bangunan tinggi atau high rise building jika bangunan tersebut memiliki ketinggian 23 meter hingga 150 meter di atas tanah. Jika lebih dari 150 meter maka mampu disebut gedung pencakar langit atau yang dikenal dengan ungkapan Skyscraper. Jika tinggi rata-rata suatu tingkat lantai ialah 4 meter maka bangunan tinggi setidaknya mempunyai 6 tingkat lantai.

Beberapa definisi tentang bangunan tinggi dikutip dari Wikipedia ialah selaku berikut :

  1. International Conference on Fire Safety in High-Rise Buildings mengartikan bangunan tinggi selaku "struktur apapun dimana tinggi dapat memiliki efek besar kepada penyelamatan"
  2. New Shorter Oxford English Dictionary mengartikan bangunan tinggi sebagai "bangunan yang mempunyai banyak tingkat"
  3. Massachusetts General Laws mengartikan bangunan tinggi lebih tinggi dari 70 kaki (21 m)
  4. Banyak insinyus, inspektur, arsitek bangunan dan profesi sejenisnya mengartikan bangunan tinggi sebagai bangunan yang mempunyai tinggi setidaknya 75 kaki (23 m).

Baca juga : Jenis - jenis Pondasi Berdasarkan Kedalamannya

Karakteristik High Rise Building


Bangunan tinggi pastinya mempunyai huruf yang berbeda dengan bangunan yang lebih rendah. Adapun karakteristik dari bangunan tinggi ini yakni sebagai berikut :

1. Tinggi Bangunan

Seperti yang disebutkan diatas suatu bangunan disebut bangunan tinggi atau high rise building jika memiliki ketinggian setidaknya 23 meter atau 6 lantai.bangunan seperti ini telah banyak didapatkan di kota-kota besar di indonesia.

2. Luas Per Lantai

Bangunan tinggi ialah bangunan yang ekonomis lahan dan lazimnya mempunyai luas tapak yang kecil karena titik umumnya luas pantai berkisar antara 750 m2 hingga 1500 meter persegi.

3. Tipe Struktur

Sebuah bangunan tinggi harus disokong dengan struktur yang kuat menahan beban bangunan maupun momen dari ketinggiannya. Ada tiga macam struktur adalah open frame, flat slab dan bearing wall system. Dari ketiga tipe ini tipe yang paling banyak dipakai ialah open frame alasannya lebih efisien dalam penggunaan material.

4. Tipikal

Umumnya bagan lantai bangunan tinggi mempunyai bentuk yang tipikal lurus ke atas.dengan menciptakan lantai yang tipikal ke atas maka akan mempermudah dalam perencanaan dan pelaksanaannya utamanya dari sisi struktur. Biasanya ukuran lantai akan mengecil keatas untuk menekan moment akhir ketinggian bangunan.

5. Keterbatasan Lahan

Bangunan tinggi ialah salah satu solusi menghadapi persoalan kekurangan lahan. Namun dengan kekurangan lahan ini biasanya bangunan tinggi akan menggunakan area parkir bertingkat. Dengan kekurangan lahan maka bangunan tinggi umumnya jarang yang memiliki landscape yang baik kecuali memakai vertical garden atau sky garden.

6. Risiko Angin Dan Gempa

Biasanya bangunan tinggi memiliki bentuk yang langsing dan tinggi. Secara fisika maka bangunan ini akan sangat dipengaruhi oleh adanya gempa maupun tekanan angin dari sekeliling bangunan. Untuk itu biasanya bangunan tinggi memiliki metode aerodinamika yang bagus serta struktur yang mampu bertahan dalam goncangan.

7. Resiko Roboh

Semakin tinggi sebuah bangunan maka makin besar pula resikonya untuk roboh. Berdasarkan hal ini maka pembangunan sebuah high rise building membutuhkan perencanaan yang masak dan antisipasi berbagai kemungkinan yang mampu terjadi dikala pelaksanaan konstruksi.

8. Kompleksitas Tinggi

Pembangunan suatu high rise building ialah pekerjaan yang kompleks alasannya selain melibatkan banyak pihak, durasi pelaksanaan yang panjang, melibatkan disiplin ilmu yang banyak, mempunyai pengaruh besar kepada lingkungan, dan mempunyai risiko yang sangat tinggi dari sisi keselamatan. Sehingga dari banyak sekali jenis bangunan, jenis high rise building ialah jenis bangunan yang paling kompleks.

9. Volume Pekerjaan Yang Besar

Bangunan tinggi dibuat dengan cara menumpuk berbagai material hingga menjelang tinggi ke atas. Dengan jumlah lantai yang banyak maka keperluan akan material pastinya sangat banyak sehingga pekerjaan bangunan tinggi ialah tugas besar.

Baca juga : Pengertian Basement dalam Bangunan

10. Kebutuhan Energi

Bangunan tinggi memiliki jumlah lantai yang banyak otomatis jumlah penghuninya juga banyak. Hal ini menjadikan keperluan akan energi yang sangat besar. Selain energi listrik juga energi dari materi makanan bagi para penghuni bangunan. Sehingga tak jarang banyak tempat makan yang bangkit untuk meladeni penghuni bangunan tinggi.

11. Nilai Arsitektural

Sebuah bangunan tinggi merupakan benda besar yang berdiri diantara jutaan pasang mata di sekitarnya. Sehingga sering kali bangunan tinggi mempunyai nilai  iconic dari sebuah daerah. Untuk itu diharapkan desain arsitektural yang baik sehingga bangunan terlihat menawan dari sisi estetika.


Contoh High Rise Building

Di Indonesia, telah berkembang banyak highrise building dengan bermacam-macam bentuk dan fungsi masing-masing. berikut ialah pola High Rise Buiding yang ada di Indonesia :

Four Points by Sheraton Hotel Manado 15 lt
Apartemen The Accent terletak di Jl. M.H. Thamrin, Bintaro Jaya Sektor 7, Tangerang Selatan, Banten 31 lt
Tamansari Panoramic Tower 1 Bandung Apartemen 30 floors 115m
AMG Tower Surabaya 20 lantai
Apartemen Pertamina Balikpapan 24 lt


Referensi :

Sumber https://www.arsitur.com/