Sejak masa ke-7, masjid telah dibangun di seluruh dunia. Meskipun ada banyak jenis arsitektur masjid yang berkembang, menurut khanacademy.org ada setidaknya 4 bentuk masjid yang umum, 3 diantaranya ialah jenis masjid konvensional. Berikut Jenis arsitektur masjid :
01. Masjid hypostyle
Sahn and minaret, Great Mosque of Kairouan, Tunisia, c. 836-75 (photo: Andrew Watson, CC BY-SA 2.0) |
Tempat ibadah pertama bagi umat Islam, rumah Nabi Muhammad, mengilhami jenis masjid paling awal yang dikategorikan selaku masjid hypostyle. Jenis ini menyebar luas ke seluruh wilayah Islam di Dunia.
Masjid Agung Kairouan, Tunisia, adalah teladan dasar dari masjid hypostyle. Masjid ini dibangun pada periode kesembilan oleh Ziyadat Allah, penguasa ketiga dinasti Aghlabid, cabang dari Kekaisaran Abbasiyah. Ini adalah masjid kerikil besar berupa persegi panjang dengan aula hypostyle (didukung oleh kolom) dan halaman dalam yang besar.
Menara tiga tingkat dalam gaya yang dikenal selaku menara lonceng Suriah, dan mungkin mulanya didasarkan pada bentuk mercusuar Romawi kuno. Interior masjid memperlihatkan barisan kolom yang telah membuatnya tipe hypostyle.
Masjid ini dibangun di atas bekas situs Bizantium, para arsitek menggunakan kembali material-material yang lebih tua, seperti kolom dan sekaligus penegasan besar lengan berkuasa keberadaan Islam. Banyak masjid permulaan seperti ini menggunakan materi arsitektur yang lebih tua (disebut spolia), dengan cara simbolis yang serupa.
Di sebelah kanan mihrab masjid ialah maqsura, area khusus yang disediakan untuk penguasa, tetapi tidak semua. Maqsura masjid ini adalah acuan yang ada paling permulaan, dan minbarnya (mimbar) ialah minbar tanggal paling permulaan yang diketahui oleh para peneliti. Keduanya diukir dari kayu jati yang diimpor dari Asia Tenggara. Kayu berharga ini diantardari Thailand ke Baghdad di mana beliau dipahat, kemudian dibawa kembali dari Irak ke Tunisia, ini ialah teladan luar biasa dari perdagangan global pada abad pertengahan.
Gaya masjid hypostyle digunakan secara luas di negara-negara Islam sebelum pengenalan planning masjid four-iwan di masa kedua belas (lihat bagian selanjutnya). Barisan kolom pada masjid hypostyle yang digunakan di masjid yang berlainan untuk imbas yang besar. Salah satu acuan paling terkenal yakni Masjid Agung Cordoba, yang menggunakan lengkungan dua tingkat dua warna yang menekankan imbas optik yang mengesankan dari aula hypostyle.
02. Masjid Four-Iwan (4 Menara)
Great Mosque of Isfahan, Iran, 11th - 17th centuries, looking toward the south (qibla) iwan (photo: reibai, CC BY 2.0) |
Sama seperti aula hypostyle yang mendefinisikan banyak arsitektur masjid pada kala awal Islam, era ke-11 memperlihatkan hadirnya bentuk baru ialah masjid empat-iwan. Iwan adalah ruang berkubah yang terbuka di satu sisi halaman. Iwan berkembang di Iran pra-Islam yang di digunakan dalam arsitektur monumental dan kekaisaran. Tipologi ini sungguh terkait dengan arsitektur Persia, iwan terus digunakan dalam arsitektur monumental di kala Islam.
Di Iran pada periode ke-11, masjid hypostyle mulai dikonversi menjadi masjid empat-iwan, yang seperti namanya, memadukan empat iwan dalam denah arsitektur masjid.
Masjid Agung Isfahan mencerminkan perkembangan yang lebih luas ini. Masjid ini memulai hidupnya sebagai masjid hypostyle, namun dimodifikasi oleh Seljuqs Iran sehabis penaklukan mereka atas kota Isfahan pada masa ke-11.
Seperti masjid hypostyle, tata letaknya diatur di sekeliling halaman terbuka yang besar. Namun pada masjid empat-iwan, setiap dinding halaman diselingi dengan aula berkubah monumental yang disebut iwan. Jenis masjid ini yang menyebar luas di abad ke-12 dan sudah mempertahankan popularitasnya hingga dikala ini.
Dalam jenis masjid ini, qibla iwan, yang menghadap ke Mekah, sering kali merupakan yang paling besar dan paling dihiasi, seperti di Masjid Agung Isfahan. Di sini, dua menara masjid juga mengapit kiblat iwan yang glamor. Penguasa Safawi memperbaiki tembok-tembok ini dengan ubin gres di kala ke-16.
Meskipun gaya ini berasal dari Iran, Jenis masjid empat-iwan akan menjadi rencana gres untuk masjid di seluruh kata Islam, digunakan secara luas dari India ke Kairo dan mengubah masjid hypostyle di banyak daerah.
03. Masjid Kubah Terpusat
Anthemius of Tralles and Isidore of Miletus, Hagia Sophia, 537, Istanbul |
Sementara masjid planning empat-iwan dipakai untuk masjid-masjid di seluruh dunia, Kekaisaran Ottoman yakni salah satu dari sedikit kawasan di mana jenis masjid empat-iwan tidak mendominasi. Kekaisaran Ottoman didirikan pada 1299.
Hingga berganti nama menjadi Istanbul, kota ini masih memiliki warisan budaya dan arsitektur yang sepenuhnya berlainan dari Iran. Arsitek Ottoman sangat dipengaruhi oleh Hagia Sophia di Istanbul, yang memperlihatkan kubah utama yang monumental dan tinggi di atas nave yang besar.
Banyak masjid Ottoman pada simpulan era ke-15 dan awal kurun ke-16 merujuk kubah Hagia Sophia; namun, gres sehabis karya andal Mimar Sinan, arsitek kubah masjid Utsmani bersaing dan mampu dikatakan melampaui Hagia Sophia. Sinan bereksperimen dengan rencana pusat di serangkaian masjid di Istanbul, meraih apa yang dianggapnya mahakarya di Masjid Selim II, di Edirne, Turki. Dibangun untuk Selim II, putra Suleyman selama zaman keemasan Kekaisaran Ottoman, itu dianggap selaku mahakarya terbesar arsitektur Ottoman. Ini merupakan puncak dari eksperimen selama bertahun-tahun dengan masjid Ottoman yang dijadwalkan secara terpusat.
04. Masjid Contemporer
Shah Faisal Masjid, Islamabad, 1986 (photo: Fraz.khalid1, CC0 1.0) |
Arsitektur masjid kekinian sering mewakili perpaduan gaya yang luar biasa, menggambar dari tradisi arsitektur yang beragam untuk menciptakan sesuatu yang diketahui selaku "Arsitektur Islami," yang memenuhi semua persyaratan arsitektur masjid komunal dan bergaya kekinian.
Di Pakistan, Masjid Raja Faisal, 1986 memadukan arsitektur kontemporer dengan acuan visual ke bentuk-bentuk tradisional. Bangunan ini sangat modern, namun bermain dengan bentuk struktur tenda perantau Badui. Masjid besar ini juga menggabungkan menara pensil tipis yang dipengaruhi Ottoman ke dalam rancangan modernnya.
Menara di Kudus, Indonesia, misalnya, merefleksikan adanya imbas arsitektur Hindu. Masjid Djingarey Berre Timbuktu, di Mali, juga menanggapi tradisi pra-Islam di wilayahnya sendiri, memakai gaya Afrika Barat yang unik dan menggunakan tanah sebagai bahan bangunan utama.
Sebuah masjid awal di Xian, Cina, memakai gaya arsitektur Cina yang sangat terang, namun juga memasukkan komponen-komponen Islam yang lebih khas, seperti kotak dan mihrab melengkung bergaya Islam.
Demikian mengenai 4 Jenis Arsitektur Masjid yang berkembang di seluruh dunia, agar berfaedah dan mampu memperbesar wawasan tentang Arsitektur Islam.
Referensi :
- https://www.khanacademy.org/humanities/art-islam/beginners-guide-islamic-art/a/common-types-of-mosque-architecture
EmoticonEmoticon