Senin, 12 Oktober 2020

Pembuatan Limbah Cair, Tata Cara Pembuatan Limbah Cair

Pada postingan sebelumnya kami telah membicarakan tentang pembuatan limbah tumbuhan dan pada postingan ini kami akan memberikan informasi mengenai penanganan limbah cair. Seiring dengan kemajuan tekonoli yang makin meningkat , pembuatan limbah makin terbaru. Begitu juga dengan pengolahan limbah cair, langkah-langkah yang digunakan dalam proses pengolahan limbah cair yang telah dilaksanakan sungguh beragam metode dan caranya. Pada limbah cair dengan polutan yang terkadung berbeda memiliki kemungkinan serta memerlukan proses pengolahan yang berlainan juga. Cara Mengolah limbah diaplikasikan secara keseluruhan, dengan mencampur beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan limbah cair tersebut juga mampu dirubah sesuai dengan keperluan atau faktor finansial. Pengolahan Limbah Cair, Metode Pengolahan Limbah Cair Primary Treatment - Pengolahan Primer Cara pertama mengolahan limbah cair sebagian besar merupakan proses pengolahan secara fisika. A.      Penyaringan (Screening) Langkah Pertama, limbah cair yang mengalir melewati susukan pembuangan dipisahkan menggunakan jeruji saring. Cara ini disebut penyaringan.  Cara penyaringan lebih banyak digunakan karena ialah proses yang efisien dan murah untuk memisahkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah. B.      Pengolahan Awal  (Pretreatment) Langkah Kedua, limbah cair yang sudah dipisahkan kemudian dimasukkan kedalam tangki atau bak yang berfungsi untuk memilah antara pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Wadah atau Tangki  bisasanya dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan proses dan cara kerjanya yaitu dengan memperlambat laju air limbah sehingga partikel-partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya. C.      Pengendapan Setelah melewati langkah pengolahan awal, limbah cair akan dimasukkan pada tangki atau bak pengendapan. Cara pengendapan yakni cara pengolahan utama dan yang paling banyak dipakai pada langkah pembuatan pertama atau primer limbah cair. Pada wadah ada bak pengendapan, limbah cair didiamkan biar partikel yang berupa padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang lalu akan dipisahkan dari air limbah ke jalan masuk lain untuk diolah ke tahapan berikutnya. Selain sistem pengendapan, juga disebut tata cara pengapungan (Floation). D.      Pengapungan (Floation) Cara seperti ini lebih efektif dipakai untuk memisahkan polutan berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan dijalankan dengan menggunakan materi yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil kurang lebih 30 sampai 120 mikron). Gelembung udara yang terbentuk akan memisahkan partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian mampu dipisahkan.  Apabila kandungan limbah cair cuma berupa polutan yang mampu dikesampingkan lewat proses pengolahan primer, maka limbah cair yang sudah dilakukan proses pengolahan primer tersebut mampu langsung dialirkan kelingkungan air yang ada dialam (perairan). Namun, apabila limbah cair tersebut masih mengandung polutan yang lain yang sulit dipisahkan melalui proses tersebut, contohnya mampu potensial penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah cair tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan tahap selanjutnya. 2.       Pengolahan Sekunder (Secondary  Treatment) Langkah pengolahan sekunder ialah tahapan pengolahan secara biologis, ialah dengan melibatkan mikroorganisme yang mampu menolong mengurai atau dapat mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan lazimnya yakni kuman aerob. Ada 3 cara pengolahan secara biologis yang lazimnya digunakan ialah tata cara penyaringan dengan memakai tetesan (trickling filter), tata cara lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) . a.       Metode Trickling Filter Pada langkah atau cara yang pertama, kuman aerob yang digunakan untuk mendegradasi materi organik menempel dan tumbuh pada suatu lapisan media garang, biasanya berupa penggalan kerikil atau plastik, dengan dengan ketebalan  kurang lebih 1- 3 m. limbah cair lalu disemprotkan pada permukaan media dan dibiarkan meresap melalui media tersebut. Selama proses peresapan, materi organik yang terdapat dalam limbah akan didegradasi oleh basil aerob. Setelah meresap sampai pada dasar lapisan media, limbah akan menetes ke sebuah bak penampung dan lalu disalurkan ke tangki pengendapan. Dalam tangki pengendapan, limbah kembali melalui proses pengendapan untuk memisahkan partikel berbentuk padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terjadi akan mengalami proses pembuatan limbah pada tahap berikutnya, sedangkan air limbah akan dibuang ke air yang terdapat dilingkungan atau disalurkan ke tahap pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan b.      Metode Activated Sludge Menggunakan cara activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair alirkan pada sebuah kolam dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang mengandung banyak basil aerob. Proses degradasi berjalan didalam tangki membutuhkan waktu berjam-jam, dibantu dengan derma gelembung-gelembung udara aerasi (dukungan oksigen). Prsoses Aerasi dapat menambah proses kerja kuman dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke wadah pengendapan untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung kuman aerob dialirkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang sudah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut bila masih dperlukan. c.        Metode Treatment ponds atau Lagoons Penggunaan cara treatment ponds atau lagoons atau kolam perlakuan merupakan cara yang murah namun prosesnya berlangsung relatif usang. Pada langkah-langkah ini, limbah cair diposisikan dalam kolam-bak yang terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan bak akan berfotosintesis menciptakan oksigen-oksigen. Oksigen yang dihasilkan kemudian dipakai oleh kuman aero untuk proses penguraian atau degradasi materi organik dalam limbah. Cara seperti ini, seringkali kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi yang terjadi di bak, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan membentuk endapan-endapan didasar bak, air limbah mampu dialirkan untuk dibuang ke air yang berada dilingkungan  atau dimasak lebih lanjut. 3.  Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment) Metode  tersier dilakukan jika sudah lewat pembuatan primer dan sekunder masih terdapat zat-zat tertentu pada limbah cair yang dapat membahayakan kepada lingkungan sekitar atau penduduk . Metode tersier bersifat khusus, artinya penggunaan cara ini diadaptasi dengan kandungan zat yang terdapat dalam limbah cair. Biasanya zat yang tidak mampu dihilangkan sepenuhnya lewat proses pengolahan primer maupun sekunder ialah zat anorganik terlarut, mirip fosfat, nitrat, dan garam. Metode tersier sering disebut pembuatan lanjutan (advanced treatment). Tahapan ini meliputi banyak sekali proses secara kimia dan fisika. Contoh cara pembuatan tersier yang dapat dipakai yakni tata cara saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, saringan pasir, penyerapan dengan karbon aktif, penghematan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik. Penggunaan langkah tersier jarang dilakukan pada kemudahan pembuatan limbah. Hal ini karenakan biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses pembuatan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.  4.       Desinfeksi (Desinfection) Metode Desinfeksi atau biasa disebut dengan pembunuhan kuman bermaksud untuk membunuh atau mengurangi mikroorganisme patogen yang terkandung di limbah cair. Mekanisme desinfeksi dapat secara kimia, adalah dengan mencampur senyawa atau zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam memilih senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diamati, yaitu : Daya racun zat  Waktu kontak yang diperlukan Efektivitas zat Kadar takaran yang digunakan  Tidak boleh bersifat toksik kepada manusia dan binatang  Tahan terhadap air Biayanya murah Contoh pembuatan atau tata cara desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (O?). Langkah desinfeksi kepada limbah cair biasanya dikerjakan setelah tindakan pembuatan limbah simpulan, adalah sesudah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan. 5.       Pengolahan Lumpur (Slude Treatment) Pada tahapan-tahapan pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan menciptakan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak bisa secara langsung dibuang, melainkan haru lewat proses lebih lanjut. Endapan lumpur sisa atau hasil dari pembuatan limbah cair biasanya akan diolah lebih lanjut secara aerob (anaerob digestion), lalu dialirkan ke beberapa alternatif, yakni dibuang ke maritim atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).
Sumber https://somadrug1.blogspot.com


EmoticonEmoticon